Berbuat Baik kepada Orang Lain
Berbuat Baik kepada Orang Lain adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 4 Sya’ban 1446 H / 3 Februari 2025 M.
Kajian Tentang Berbuat Baik kepada Orang Lain
Pembahasan ihsan yang ketiga adalah ihsan kepada orang lain/ makhluk. Dan yang paling berhak mendapatkan ihsan atau bakti pertama kali adalah kedua orang tua kita. Sebelum siapapun. Karena hak orang tua datang setelah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ
”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra’[17]: 23)
Yang kedua adalah ihsan kepada tetangga. Kita mempunyai tetangga kanan, kiri, depan, dan belakang. Kemudian yang ketiga adalah ihsan kepada istri. Jangan seperti sebagian orang, istri sudah membantu tapi disia-siakan. Jangan seperti sebagian orang di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala beri amanah istri, wanita makhluk yang lemah, di bawah bimbingannya malah disia-siakan dan dizalimi. Banyak sekali pengaduan, laki-laki merasa besar dan istrinya disangka lemah, kemudian dizalimi dan tidak diberi nafkah. Takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa’[4]: 34)
Kata ulama, ini isyarat bahwa Allah Maha Mampu untuk membalas orang yang zalim kepada istrinya. Wanita itu lemah, tapi wanita punya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Ketika bermuamalah dengan istri, kita tidak melihat istri kita yang lemah. Tapi lihat siapa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala amanatkan istri, perhatikan nafkahnya, meskipun sudah cerai. Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu membalas kezaliman laki-laki yang berbuat zalim kepada istrinya.
Kemudian yang keempat contohnya adalah ihsan kepada anak-anak perempuan. Mereka juga lemah. Di masa jahiliyah, Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan bahwa wanita-wanita itu dihinakan. Bahkan kalau misalkan lahir anak perempuan, anak itu akan dikubur hidup-hidup. Yang memuliakan wanita di masa itu adalah Islam. Sebelum para wanita zaman sekarang meneriakkan tentang hak asasi, 1500 tahun yang lalu, Islam sudah membela hak-hak wanita.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata,
جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »
“Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan bersamanya ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu. Tetapi aku tidak menemukan sesuatu apa pun di sisiku selain sebiji kurma saja. Lalu aku memberikan padanya. Kemudian wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, sedangkan ia sendir tidak makan sedikit pun dari kurma tersebut. Setelah itu ia berdiri lalu keluar.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke tempatku, lalu aku ceritakan hal tadi kepada beliau. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu karena anak-anak perempuan seperti itu, lalu ia berbuat baik kepada mereka maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang untuknya dari siksa neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian ihsan bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada hewan. Makanya binatang-binatang itu berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk ulama, karena mengajarkan kebaikan. Binatang-binatang sampai ikan di lautan itu minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ulama diampuni.
Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54920-berbuat-baik-kepada-orang-lain/